Jumat, 01 Maret 2013

KARNI ILYAS 40 Tahun Jadi Wartawan


LAHIR UNTUK BERITA

Satu hari di masa liburan sekolah, Karni Ilyas kedatangan seorang sepupu dari Jakarta. Kemudian mereka berke­li­ling pasar dan menyusuri tepi laut Padang dengan naik bendi. Karni bercerita tentang keinginannya menjadi wartawan. Kenapa wartawan? tanya sepupunya. Ia menjawab spontan: Karena Saya Ingin Terkenal!
Karni merantau ke Jakarta setelah tamat dari SMEA jurusan Tata Niaga di Padang. Sebagaimana biasanya orang Minang, modal yang dibawa Karni merantau selain Ijazah SMEA tentu, adalah semangat untuk maju. Semula bercita-cita jadi Ekonom, tapi setibanya di Jakarta keinginan itu segera dipetieskannya. Ia melihat batu loncatan lain untuk menjadi terkenal: “WARTAWAN”.                        
Cita-cita “anak jalanan” yang pernah menjajakan koran di Pasar Goan Hoat di Padang, Sumatera Barat, tahun 1960-an ini akhirnya terkabul. Lewat acara Indonesia Lawyers Club yang dipandunya, Karni, dengan suara serak yang khas dan pertanyaan-pertanyaan tajam yang dikendalikan oleh logika dan pengetahuan hukumnya yang luas semakin populer. Semua itu tentu tidak diraihnya dengan tiba-tiba. “Apa pun pernah saya lakukan, apa pun pernah saya jual untuk menyambung hidup dan pendidikan. Bermimpi itu halal. Tapi ada syaratnya, yaitu “Kerja Keras, Kerja Keras, dan Kerja keras,” katanya. Dalam soal-soal Hukum (Kecuali Masalah Hukum RIMBA & Hukum KARMA), Karni adalah “AHLI”nya.
Karni Ilyas, Lahir untuk Berita adalah buku yang memotret 40 tahun perjalanan karier Sukarni Ilyas sebagai wartawan, mulai dari reporter di harian Suara Karya (1972-1978), di majalah Tempo hingga menjabat Redaktur Pelaksana Kompartemen Hukum dan Kriminal (1978-1994), Pemimpin Redaksi majalah FORUM Keadilan (1992-1999), Direktur Pemberitaan dan Hubungan Korporat SCTV (1999-2005), Direktur Pemberitaan, Olahraga, dan Komunikasi Kor­porat antv (2005-2008), hingga menjadi Direktur/Pemimpin Redaksi tvOne sejak 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar