LAHIR UNTUK BERITA |
Satu hari di masa liburan sekolah, Karni Ilyas
kedatangan seorang sepupu dari Jakarta. Kemudian mereka berkeliling pasar dan
menyusuri tepi laut Padang dengan naik bendi. Karni bercerita tentang
keinginannya menjadi wartawan. Kenapa wartawan? tanya sepupunya. Ia menjawab
spontan: “Karena Saya Ingin Terkenal!”
Karni merantau ke Jakarta setelah tamat dari SMEA
jurusan Tata Niaga di Padang. Sebagaimana biasanya orang Minang, modal yang
dibawa Karni merantau selain Ijazah SMEA tentu, adalah semangat untuk maju.
Semula bercita-cita jadi Ekonom, tapi setibanya di Jakarta keinginan itu segera
dipetieskannya. Ia melihat batu loncatan lain untuk menjadi terkenal: “WARTAWAN”.
Cita-cita “anak jalanan” yang pernah menjajakan
koran di Pasar Goan Hoat di Padang, Sumatera Barat, tahun 1960-an ini akhirnya
terkabul. Lewat acara Indonesia Lawyers Club yang dipandunya, Karni, dengan suara serak yang khas
dan pertanyaan-pertanyaan tajam yang dikendalikan oleh logika dan pengetahuan
hukumnya yang luas semakin populer. Semua itu tentu tidak diraihnya dengan
tiba-tiba. “Apa pun pernah saya lakukan, apa pun pernah saya jual untuk
menyambung hidup dan pendidikan. Bermimpi itu halal. Tapi ada syaratnya, yaitu
“Kerja Keras, Kerja
Keras, dan Kerja keras,”
katanya. Dalam soal-soal Hukum (Kecuali Masalah
Hukum RIMBA & Hukum KARMA), Karni adalah “AHLI”nya.
Karni
Ilyas, Lahir untuk Berita adalah buku yang memotret 40
tahun perjalanan karier Sukarni Ilyas sebagai wartawan, mulai
dari reporter di harian Suara Karya (1972-1978), di majalah Tempo hingga
menjabat Redaktur Pelaksana Kompartemen Hukum dan Kriminal (1978-1994), Pemimpin Redaksi majalah FORUM Keadilan (1992-1999), Direktur Pemberitaan dan Hubungan Korporat SCTV
(1999-2005), Direktur Pemberitaan,
Olahraga, dan Komunikasi Korporat antv
(2005-2008), hingga menjadi
Direktur/Pemimpin Redaksi tvOne sejak 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar